top of page

About Founder

Batik sudah menjadi bagian dari kehidupan Anastasia Inne Adhie sedari dulu. Kesenangannya terhadap batik dimulai sejak kecil di  mana beliau sudah diperkenalkan dengan berbagai ragam hias batik oleh ibunya. Sehingga, di usianya yang masih dini, Inne adhie sudah mengetahui motif-motif batik.

 

Berbekal ketertarikanp pada batik, Inne Adhie menjadikan batik sebagai identitas dirinya dan memanifestasikan kecintaannya pada batik dengan membangun Batik Paring. Selain itu, Inne Adhie juga merupakan salah satu pengurus di YBI (Yayasan Batik Indonesia) Beliau mengawal pendahulu para pelestari Batik Indonesia, pusaka leluhur Bangsa Indonesia yang tergabung dalam YBI.

Pada 2001, Inne adhie mengambil keputusan untuk meninggalkan rutinitasnya sebagai karyawan dan mempertimbangkan batik sebagai panggilan hidupnya. Sejak saat itu, beliau mulai mencanting dan menghasilkan ragam batik kreasinya sendiri. Namun, pemilik brand Batik Paring ini belum mengetahui bagaimana identitas pewarnaan batik rancangannya ke depan. Lalu, gempa jogja yang begitu tragis pada tahun 2006 ternyata membawa dampak positif bagi kehidupan Inne Adhie. Beliau dipertemukan dengan kelompok penggiat batik Jogja yang diketuai oleh Ibu Suliantoro. Bagi Inne Adhie, Ibu Suliantoro adalah sosok inspiratif yang menularkan semangat dan ajakan untuk berkegiatan membatik. Namun, saat itu Inne Adhie belum terpikir apabila kelak dirinya juga akan terjun dalam bisnis batik seperti yang ditekuni Ibu Suliantoro. Pertemuan di Jogja kala waktu itu, memotivasi semangat Inne Adhie dalam membatik dan memberikan wawasan lebih tentang pewarnaan alam pada batik. Dalam perkembangan Batik Paring, Inne Adhie tergabung dalam Warlami (Warna Alam Indonesia) dan merekrut tiga lulusan SMK Pekalongan untuk meningkatkan produksi.

 

Seiring perjalanannya, pengetahuan Inne Adhie tentang pewarnaan alami semakin matang sejak mengikuti pelatihan di museum tekstil oleh Bapak Hendri Suprapto. Besarnya antusiasme Inne Adhie dalam memperjuangkan batik warna alam bukan hanya didasari kepeduliannya terhadap lingkungan, melainkan semangat untuk terus menguatkan dan mempertahankan budaya batik agar tidak lekang oleh waktu.

Batik is Indonesian finest heritage. It should be conserved and developed to be timeless and renowned craft.

- Anastasia Inne Adhie

!
Widget Didn’t Load
Check your internet and refresh this page.
If that doesn’t work, contact us.
bottom of page